Pelemahan pada rupiah kerap kali terjadi, namun saat ini adalah seperti momen terburuk karena nilai tukar rupiah saat ini mengalami penurunan yang sangat signifikan selama Maret 2018 yang hampir mancapai Rp 14.000. Bank Indonesia (BI) pun menyatakan bahwa nilai tukar rupiah saat ini juga mengalami depresiasi, meskipun demikian rupiah mulai bergerak stabil pada paruh pertama April 2018. "Pada Maret 2018, secara rata-rata harian rupiah terdepresiasi 1,13 persen," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta.

Tekanan terhadap rupiah, jelas Dody, terutama disebabkan perbaikan indikator ekonomi AS yang diikuti ekspektasi pasar akan kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) yang lebih agresif. Selain itu, ada pula risiko berlanjutnya perang dagang AS-China. Hal tersebut mendorong pembalikan modal asing dan tekanan depresiasi nilai tukar pada berbagai mata uang dunia, termasuk Indonesia.
"Namun, dengan didukung langkah stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia serta sejalan dengan tetap terkendalinya inflasi, kenaikan rating Indonesia, dan surplus neraca perdagangan yang mendorong aliran masuk investasi portofolio asing, rupiah kembali stabil pada paruh pertama April 2018," jelas Dody, Bank sentral, imbub Dody, akan terus mewaspadai meningkatnya risiko ketidakpastian pasar keuangan global. BI pun tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai dengan nilai fundamentalnya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar. "BI akan terus menjaga di pasar. Intervensi melalui valas dan surat utang akan terus dilakukan," tutur Dody.