Pada beberapa hari yang lalu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution pun menegaskan bahwa pemerintah belum ada rencana untuk menambahkan panjang daftar harga patokan bagi komoditas selain harga beras, minyak goreng, gula pasir, dan daging sapi beku. Penetapan harga acuan pada bahan pangan yang lainnya demi meminimalis inflasi belum di perlukan pada saat ini, jelas Darmin Nasution. Sebagian inflasi yang terjadi diakibatkan oleh faktor cuaca seperti inflasi dari kelompok bahan pangan bergejolak ( volatile food).

Menurutnya, saat cuaca hujan seperti sekarang ini, setiap komoditas pangan memiliki pergerakan harga yang berbeda-beda. Ambil contoh, harga beras yang naik, namun di sisi lain harga bawang justru terperosok. Sehingga, ia mengungkapkan, pemerintah harus lebih hati-hati melihat tren harga dari masing-masing komoditas sebelum membuat kebijakan harga acuan pangan baru. “Menghadapi harga bahan pangan harus persis pengetahuannya. Sehingga, (jumlah komoditas yang memiliki harga acuan) ya seperti sekarang saja dulu,” ujarnya, Jumat (5/1).
Kendati begitu, ia tak menampik jika risiko volatile food akan lebih kentara dalam pembentuk inflasi di tahun ini. Apalagi, ia mencontohkan, harga beras terbilang naik sejak akhir tahun lalu. Meski begitu, ia yakin, harga bahan pangan akan kembali jinak seiring masuknya masa panen raya pada Januari dan Februari. Hanya saja, ia masih belum tahu persis jumlah panen yang akan dialami Indonesia pada periode panen tersebut. Makanya, ia menginstruksikan Kementerian Pertanian untuk meninjau kondisi yang ada di lapangan.
“Tanaman di lapangan sih masih ada, cuma mungkin bulir-bulirnya masih hijau. Sementara, untuk inflasi dari harga-harga yang diatur pemerintah (administered price), ya semua sudah tahu, bahwa setidaknya hingga kuartal I tahun ini tidak ada apa-apa,” imbuh dia. Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, pemerintah siap mematok Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beberapa komoditas pangan lainnya. Ini dimaksudkan agar inflasi tetap terjaga, sehingga bisa menopang daya beli masyarakat.
Jika ini diberlakukan, maka pemerintah akan menambah jumlah harga acuan dari saat ini, yaitu empat komoditas. “Tahun 2018 kami akan lebih ketat lagi untuk mengendalikan. Kami tidak akan membiarkan harga naik berlebihan,” terang Enggartiasto. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut komponen volatile food mencatat inflasi bulanan (month to month) sebesar 2,46 persen dan merupakan kontributor terbesar dalam inflasi bulanan di Desember sebesar 0,71 persen. Meski demikian, komponen volatile food hanya menyumbang inflasi 0,71 persen terhadap inflasi sepanjang tahun lalu, yaitu sebesar 3,61 persen.