Selasa, 07 November 2017

Dampak Lapisan Ozon Yang Semakin Menipis

Kalian pasti sudah tidak asing lagi dengan kata Global Warming atau di sebut juga dengan pemanasan global. Apa sih Global Warming itu? Global warming adalah proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi.


Sebagian ilmuan beranggapan bahwa pemanasan global disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca, sebagian lagi dari ilmuan beranggapan bahwa pemanasan global di sebabkan oleh berbagai proses umpan balik yang di hasilkan oleh pengaruh awan, bila di lihat dari bawah awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan sehingga meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya jika di lihat dari atas awan akan memantulkan cahaya matahari dan radiasi infra merah ke angkasa sehingga meningkatkan efek pendinginan.

Umpan balik yang lainnya adalah hilangkan kemampuan memantulkan cahaya oleh es sehingga ketika suhu global meningkat makan es yang berada didekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat.
Sebagian lagi beranggapan bahwa pemanasan global di sebabkan oleh variasi matahari, perbedaan mekanisme ini dengan efek rumah kaca adalah meningkatknya aktivitas matahari dalam memanaskan statosfer sebaliknya dengan efek rumah kaca yang mendinginkan statosfer.

NASA dan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mengamati lapisan ozon di Bumi--tepatnya di bagian wilayah Antartika--telah menipis. Bahkan, menurut penelitian terbaru, ukuran lubang ozon ini merupakan yang tertipis sejak 1988.
Berdasarkan keterangan peneliti NASA, menipisnya lapisan ozon ini diklaim tidak mengancam Bumi.

Menurut informasi yang di kutip dari Tech Times, Selasa (6/11/2017), walau sudah menipis, lapisan ozon tersebut masih terbilang besar karena ukurannya masih 2,5 kali lebih besar dari benua Australia. Jika dihitung-hitung, sekitar 20 juta kilometer persegi. 
Pihak NOAA berujar, pusaran di wilayah Antartika yang tidak stabil dan bersuhu hanga menyebabkan penurunan lapisan atas stratosfer ke lapisan paling bawah. Kondisi ini ternyata menyebabkan lebih sedikit awan yang menghancurkan ozon.

"Lapisan ozon yang ada di Antartika berkembang tidak agresif pada tahun ini. Maka itu kami terus memantau perkembangan cuaca di lapisan stratosfer Antartika," ujar Paul A. Newman, kepala ilmuwan Earth Sciences NASA.
Lapisan ozon Antartika sendiri mencapai tingkat paling tipis pada 11 September 2017, waktu itu ukurannya 2,5 luas sama dengan daratan Amerika Serikat. Setelahnya, ukuran lapisan ozon terus menyusut hingga awal November 2017.

Dikhawatirkan, dampak dari pengikisan lapisan ozon bisa membakar kulit manusia akibat radiasi ultraviolet.
Sampai pada akhirnya, kehebohan ini berujung pada pembentukan traktat (perjanjian internasional) Protokol Montreal, yang mencari solusi untuk menangani dampak buruk lapisan ozon. Hingga sekarang, traktat tersebut telah ditandatangani 197 negara.
 

Delivered by FeedBurner