Anda pasti mengatahui apa itu kartu kredit, bagi yang sudah memiliki penghasilan yang cukup biasanya ini adalah alat pembayaran nontunai yang menjadi favorit. Kenapa demikian ? Bagi sebagian orang memiliki kartu kredit adalah memudahkan untuk memiliki sesuatu yang diinginkan. Namun bagi sebagian lagi adalah karena lifestyle, gaya hidup yang berlebihan seringkali menyilaukan mata untuk terus menggunakan kartu kredit. Namun tidak semua penggunaan kartu kredit itu negatif ada juga sisi positifnya yaitu keuntungan dalam bentuk cashback, poin hadiah, voucher, diskon, airmiles, cicilan 0 persen dan lain sebagainya. Namun, tidak sedikit orang yang alergi bahkan “trauma” dengan kartu kredit. Maklum, kartu kredit adalah alat transaksi nontunai berbasis uang pinjaman dari bank dengan bunga tinggi.
Bila tidak cermat dan bijak dalam memanfaatkannya, kartu kredit bisa menjadi sumber malapetaka finansial yang sangat berbahaya. Baca juga : Haruskah Ragu Transaksi Online Pakai Kartu Kredit di Indonesia? Banyak orang yang sampai stress dikejar-kejar oleh jasa penagih utang atau debt collector karena terlanjur terjerat utang kartu kredit. Dalam perspektif ini, kartu kredit bisa Anda lihat seperti pisau bermata dua. Satu sisi, kartu kredit bisa sangat bermanfaat membantu kemudahan transaksi. Di saat yang sama, kartu kredit bisa jadi sumber masalah keuangan yang berbahaya. Nah, supaya kartu kredit tidak sampai menjadi sumber masalah finansial pribadi, sebaiknya Anda memastikan untuk menghindari 4 kesalahan utama pengguna kartu kredit, seperti dikutip dari situs perbandingan dan pengajuan produk keuangan HaloMoney.co.id, berikut ini:
- Memakai kartu kredit tanpa rencana
Banyak orang terjerat utang kartu kredit karena serampangan dalam memanfaatkannya. Asal gesek kartu kredit tapi tidak memikirkan apakah ada penghasilan yang memadai untuk membayar tagihannya kelak. Ini akan sangat berbahaya. Bila Anda menggesek kartu kredit Anda untuk bertransaksi berbagai rupa tapi tidak bisa memastikan bisa membayar tagihannya kelak, itu sama saja mengundang masalah keuangan serius. Maka itu, setiap kali Anda menggesek kartu kredit Anda untuk bertransaksi, pastikan Anda memiliki uang untuk dibayarkan ketika tagihan datang kelak.
- Terlalu sering membayar minimum payment
Kartu kredit memang memungkinkan penggunanya membayar tagihan dalam nilai minimal. Saat ini adalah sebesar 10 persen. Ini berarti, saat Anda memiliki tagihan Rp 10 juta, Anda diperbolehkan hanya membayar senilai Rp 1 juta saja. Tapi, kemudahan itu tidak gratis. Sisa tagihan Anda sebesar Rp 9 juta akan dikenakan bunga tinggi dan harus Anda bayarkan ketika tagihan bulan berikutnya datang. Ini akan menjadi pintu masuk dari petaka finansial Anda yang serius. Mengapa demikian? Bunga kartu kredit sangat mahal, mencapai 2,25 persen per bulan atau 27 persen per tahun. Bila pada tagihan berikutnya Anda kembali membayar minimum payment, alhasil bunganya akan terus menggulung dan bisa-bisa Anda semakin tidak sanggup membayarnya. Maka itu, biasakan memakai kartu kredit dengan disiplin sehingga setiap kali tagihan datang, Anda bisa membayarnya 100 persen supaya tidak perlu membayar bunga.
- Menganggap kartu kredit sebagai dana darurat
Kartu kredit memiliki fitur tarik tunai atau cash advance yang memungkinkan pemiliknya menarik uang dari ATM sebagaimana cara kerja kartu debit atau kartu ATM. Bedanya, tarik tunai memakai kartu kredit biayanya tidak murah. Setiap menarik dana memakai kartu kredit di ATM, penerbit kartu kredit akan mengenakan biaya, biasanya dalam persentase sekitar 6 persen dari nominal penarikan atau sebesar minimal Rp 50.000. Dengan fitur cash advance ini, kartu kredit memang bisa menjadi “penolong” kebutuhan tunai dalam kondisi darurat. Tapi, selalulah ingat bila dana yang Anda tarik memakai kartu kredit adalah dana pinjaman dari bank yang bunganya mahal. Jadi, bijaklah dalam menggunakannya untuk tarik tunai dan pastikan Anda memiliki dana untuk membayar tagihannya kelak.
- Menjadikan kartu kredit sebagai alasan konsumtif
Godaan kartu kredit memang besar. Banyak orang yang akhirnya terjebak untuk berlaku lebih boros alias konsumtif karena tergoda iming-iming kartu kredit. Misalnya, kartu kredit rajin memberikan diskon ini itu untuk transaksi tertentu. Banyak orang tak sadar memakai kartu kredit hanya sekadar untuk memburu diskon tersebut, padahal sebenarnya tidak terlalu butuh dengan barang atau jasa tersebut.